Senin, 28 November 2011

Dua Nikmat Yang Sering Dilalaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia merugi di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari).

Maksud dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas adalah bahwa kebanyakan orang tidak mempergunakan waktu sehat dan waktu luang mereka untuk hal-hal yang berguna. Akan tetapi sebaliknya, mereka kalah dengan diri mereka sendiri dengan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Padahal jika kedua waktu itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya (untuk mencari pahala), tentu akibatnya lebih baik bagi mereka.

(Al-Waqtu Anfaasun La Ta’uddu, hal. 6, Syaikh Abdul Malik Al-Qasim).

Selasa, 22 November 2011

Takwa Yang Hakiki

Imam Ibnul Qayyim berkata : “Ketahuilah sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (cuma) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwanya hati, bukan takwa anggota badan (saja).” (Kitab al-Fawa’id hal. 185).

Kemudian beliau membawakan ayat ke 32 dan 37 dari surah al-Hajj serta hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini :

التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Takwa itu (terletak) di sini”, dan beliau menunjuk ke dada (hati) beliau tiga kali.” (HR. Muslim).

Ketika menjelaskan makna hadits di atas, an-Nawawi berkata : “Sesungguhnya amalan yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) menunjukkan adanya takwa (yang hakiki pada diri seseorang), akan tetapi takwa (yang sebenarnya) terwujud pada apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, rasa takut dan (selalu) merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Shahih Muslim : 16/121).

(Disalin dari Majalah al-Mawaddah edisi Dzulqo’dah 1432 H hal. 34, dari artikel berjudul “Meraih Takwa Yang Hakiki” oleh Ust. Abdulloh Taslim al-Buthoni).

Selasa, 15 November 2011

Berilmu Dan Berlemah-Lembutlah

Umar bin Abdul Aziz pernah mengatakan :

الحلم والعلم خَلَّتا كرمٍ
للمرء زينٌ إذ هما اجتمعا

صنوانِ لا يَسْتَتِمُّ حسنُهما
إلا بجمع بذا وذاك معا

كم من وضيع سما به الحلم والـ
ـعلم فحاز السناء وارتفعا

ومن رفيع البنا أضاعهما
أخمله ما أضاع فاتضعا

Lemah lembut dan berilmu adalah ciri khas dari sebuah kemuliaan,
Apabila hal itu berada pada seseorang maka baginya itulah perhiasan;

Dua hal tersebut keindahannya tidak akan mencapai kesempurnaan,
Kecuali dengan keduanya dalam kebersamaan;

Betapa banyak orang yang rendah lalu berakhlak dengan kelemah-lembutan
dan keilmuan, maka ia mendapatkan kedudukan yang tinggi serta pujian;

Dan betapa banyak orang terhormat yang kehilangan keduanya,
Lalu membuatnya ikut hilang dan terlupakan.”

(Dari Adabul Mau’idzah hal.17, Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd).