Nasihat dari Imam Ibnul Jauzi (wafat 597 H) dalam kitabnya Shaidul Khatir :
"Sebaik-baik upaya adalah membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia akan selalu merasa pendapatnyalah yang paling benar. Perasaan bangga dengan dirinya itu akan menghalanginya untuk belajar dari orang lain. Sedangkan kesediaan belajar dari orang lain akan memberinya jalan untuk merenungi kekurangan-kekurangannya. Orang yang merasa ilmunya telah cukup, seringkali tidak mau menerima kritikan-kritikan yang diarahkan kepadanya karena merasa besar diri. Padahal jika ia mau belajar dari orang lain maka akan nampaklah kekurangan-kekurangannya, sehingga ia bisa dengan mudah memperbaikinya."
Rabu, 21 Desember 2011
Selasa, 13 Desember 2011
100 Faedah Dari Surah Yusuf
Beberapa hari yang lalu ana baru saja selesai membaca buku terjemahan berjudul “100 Faedah Dari Kisah Nabi Yusuf.” Buku yang edisi Arabnya berjudul Miatu Faidatin Min Surati Yusuf tersebut merupakan transkrip kajian dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid yang kemudian dihimpun oleh muridnya yang bernama Abu Yusuf. Edisi terjemahan diterbitkan oleh Pustaka Ibnu ‘Umar, cetakan pertama Muharram 1432 H/Desember 2010 M.
Buku itu sangat menarik karena mengumpulkan faedah-faedah yang terdapat dalam Surah Yusuf. Berikut beberapa cuplikannya :
- Ayat ke 9 : “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” Faedah dari ayat tersebut : Berniat taubat sebelum berbuat dosa adalah taubat yang tidak benar. Artinya jika seseorang berkata : “Kami akan berbuat dosa kemudian kami akan bertaubat setelah itu”, maka taubat seperti itu adalah taubat yang tidak benar.
- Ayat ke 18 : “...maka kesabaran yang baik (ash-shabrun jamil) itulah (kesabaranku)”. Faedah dari ayat tersebut : Apa perbedaan antara ash-shabrun jamil (kesabaran yang baik/indah) dengan kesabaran yang biasa? Maka jawabannya, kesabaran yang indah adalah kesabaran yang tidak disertai dengan mengadukan musibah yang ia hadapi, dan tidak pula dengan keluh kesah.
- Ayat ke 36 : “Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi).” Faedah dari ayat itu : Sesungguhnya tanda-tanda orang shalih dapat diketahui dari wajah mereka. Terbukti bahwa dua orang yang masuk penjara bersama Nabi Yusuf langsung memintanya untuk menta’birkan mimpinya. Apakah sebelum itu mereka mengetahui kalau Nabi Yusuf pandai mentakwilkan mimpi? Tidak, mereka tidak mengetahuinya. Mereka berkata : Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi), artinya : Padamu ada tanda-tanda kebaikan dan ciri-ciri orang shalih.
- Ayat ke 37-39 : “Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah... Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. Faedah dari ayat tersebut : Seorang da’i hendaklah mengawali perjuangannya dengan dakwah tauhid. Perhatikan, kedua penghuni penjara itu bertanya kepada Nabi Yusuf perihal mimpi dan mereka menunggu jawabannya. Tetapi Nabi Yusuf tidak segera menjawab pertanyaan mereka sebelum mengajari mereka sesuatu yang lebih penting, yakni tauhid.
- Ayat ke 41 : “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” Faedah dari ayat itu : Sesungguhnya ta’bir mimpi adalah suatu fatwa. Oleh karena itu para ulama berkata, “Orang yang tidak mengetahui ta’bir mimpi tidak boleh berbicara tentang ta’bir mimpi.” Syaikh Sa’d bin Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa pembicaraan mengenai mimpi adalah serupa dengan fatwa. Maka berbicara tentang hal itu tanpa ilmu adalah dosa, sama seperti halnya berfatwa tanpa ilmu.
- Ayat ke 100 : “...setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.” Faedah dari ayat tersebut : Kewajiban menjaga perasaan orang lain, dan tidak melukai atau menyakiti hati mereka. Nabi Yusuf tidak mengatakan : “Setelah saudara-saudaraku menzhalimiku”, atau “Setelah mereka melemparkan aku ke dalam sumur”. Beliau menempatkan cercaan itu kepada syaitan, tidak mengalamatkannya kepada saudara-saudaranya. Inilah sebagian dari akhlak para Nabi yang mulia yang layak bagi mereka, dan demikianlah akhlak para Nabi.
Itulah sekelumit cuplikan dari isi buku tersebut. Bagi yang ingin mengetahui 94 faedah lainnya dari surah Yusuf, silakan membaca buku tersebut.
Buku itu sangat menarik karena mengumpulkan faedah-faedah yang terdapat dalam Surah Yusuf. Berikut beberapa cuplikannya :
- Ayat ke 9 : “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” Faedah dari ayat tersebut : Berniat taubat sebelum berbuat dosa adalah taubat yang tidak benar. Artinya jika seseorang berkata : “Kami akan berbuat dosa kemudian kami akan bertaubat setelah itu”, maka taubat seperti itu adalah taubat yang tidak benar.
- Ayat ke 18 : “...maka kesabaran yang baik (ash-shabrun jamil) itulah (kesabaranku)”. Faedah dari ayat tersebut : Apa perbedaan antara ash-shabrun jamil (kesabaran yang baik/indah) dengan kesabaran yang biasa? Maka jawabannya, kesabaran yang indah adalah kesabaran yang tidak disertai dengan mengadukan musibah yang ia hadapi, dan tidak pula dengan keluh kesah.
- Ayat ke 36 : “Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi).” Faedah dari ayat itu : Sesungguhnya tanda-tanda orang shalih dapat diketahui dari wajah mereka. Terbukti bahwa dua orang yang masuk penjara bersama Nabi Yusuf langsung memintanya untuk menta’birkan mimpinya. Apakah sebelum itu mereka mengetahui kalau Nabi Yusuf pandai mentakwilkan mimpi? Tidak, mereka tidak mengetahuinya. Mereka berkata : Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi), artinya : Padamu ada tanda-tanda kebaikan dan ciri-ciri orang shalih.
- Ayat ke 37-39 : “Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah... Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. Faedah dari ayat tersebut : Seorang da’i hendaklah mengawali perjuangannya dengan dakwah tauhid. Perhatikan, kedua penghuni penjara itu bertanya kepada Nabi Yusuf perihal mimpi dan mereka menunggu jawabannya. Tetapi Nabi Yusuf tidak segera menjawab pertanyaan mereka sebelum mengajari mereka sesuatu yang lebih penting, yakni tauhid.
- Ayat ke 41 : “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” Faedah dari ayat itu : Sesungguhnya ta’bir mimpi adalah suatu fatwa. Oleh karena itu para ulama berkata, “Orang yang tidak mengetahui ta’bir mimpi tidak boleh berbicara tentang ta’bir mimpi.” Syaikh Sa’d bin Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa pembicaraan mengenai mimpi adalah serupa dengan fatwa. Maka berbicara tentang hal itu tanpa ilmu adalah dosa, sama seperti halnya berfatwa tanpa ilmu.
- Ayat ke 100 : “...setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.” Faedah dari ayat tersebut : Kewajiban menjaga perasaan orang lain, dan tidak melukai atau menyakiti hati mereka. Nabi Yusuf tidak mengatakan : “Setelah saudara-saudaraku menzhalimiku”, atau “Setelah mereka melemparkan aku ke dalam sumur”. Beliau menempatkan cercaan itu kepada syaitan, tidak mengalamatkannya kepada saudara-saudaranya. Inilah sebagian dari akhlak para Nabi yang mulia yang layak bagi mereka, dan demikianlah akhlak para Nabi.
Itulah sekelumit cuplikan dari isi buku tersebut. Bagi yang ingin mengetahui 94 faedah lainnya dari surah Yusuf, silakan membaca buku tersebut.
Selasa, 06 Desember 2011
Besarnya Rahmat Allah Ta’ala
Pernah seseorang menanyakan kepada seorang fuqaha tentang ayat : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. Ath-Thalaq : 2-3).
Maka orang faqih itu menjawab : “Demi Allah, sungguh Dia memang telah menjadikan jalan keluar untuk kita, padahal kita tidak sampai kepada derajat ketakwaan yang semestinya Dia berhak terhadapnya. Sungguh Dia juga telah memberi kita rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka padahal kita belumlah bertakwa kepada-Nya. Itupun kita benar-benar masih mengharap yang ketiga: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya” (QS. Ath-Thalaq : 5).
[Hilyatul Auliya' : 4/248].
Maka orang faqih itu menjawab : “Demi Allah, sungguh Dia memang telah menjadikan jalan keluar untuk kita, padahal kita tidak sampai kepada derajat ketakwaan yang semestinya Dia berhak terhadapnya. Sungguh Dia juga telah memberi kita rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka padahal kita belumlah bertakwa kepada-Nya. Itupun kita benar-benar masih mengharap yang ketiga: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya” (QS. Ath-Thalaq : 5).
[Hilyatul Auliya' : 4/248].
Langganan:
Postingan (Atom)