Syaikh Muhammad Asy-Syanqithi dalam salah satu rekaman ceramahnya yang berjudul Fa Fihima Fajahid, berkata :
“Disebutkan bahwasanya ayah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu seorang yang keras terhadap Umar. Walau demikian, Umar tetap berbakti kepada ayahnya. Pada suatu ketika, Umar pernah berhenti di satu lembah di Makkah, kemudian ia mengumpulkan tanah dan berbaring, lalu berkata, “Dulu aku menggembalakan unta ayahku, Al-Khaththab, di lembah ini. Ia seorang yang kasar lagi keras dan sering memukulku.” Sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya Umar mengucapkan kalimat tersebut di lembah tempat dimana ia telah berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Dia mengucapkan kalimat tersebut sedangkan ketika itu ia sudah menjadi Amirul Mukminin, agar ia mengetahui baiknya balasan Allah kepadanya. Ayahnya menghinakannya di masa jahiliyyah, tapi ia tetap memuliakan ayahnya. Walaupun ayahnya berlaku buruk kepadanya, ia tetap berbuat baik kepada ayahnya. Maka Allah ‘Azza wa Jalla membalasnya dengan menjadikannya sebagai salah seorang pemimpin kaum muslimin. Barangsiapa yang bersabar terhadap kedua orang tuanya dan mengharap pahala dari Allah, khususnya ketika disakiti dan dihinakan, maka sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan kebaikannya. Sekalipun ayah atau ibumu tidak memperdulikan kebaikanmu, tapi kebaikan-kebaikan telah dituliskan dalam catatan amalmu. Apabila orangtua mengingkari baktimu, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakannya, dan Allah tidak akan mengingkari kebaikan yang telah kau lakukan. Yang wajib atasmu adalah bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah. Dan tanamkan di dalam hati bahwasanya Allah menginginkan kebaikan untukmu ketika dia memberikan kepadamu orang tua yang tidak mengasihimu.”
(Petikan dari buku “Wahai Ibu Maafkan Anakmu”, karangan Ustadz Abu Zubeir Hawari, hal. 73-74, dengan sedikit peringkasan).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar