Rasanya sejak ana mengenal komputer, ana jadi jarang menulis dengan tangan. Alasannya tentu karena lebih mudah, cepat, menghemat kertas dan tinta. Oleh karena jarang menulis dengan tangan, ana lihat tulisan tangan ana sekarang bak tulisan dokter yang sulit dibaca. Walau masih bisa dibaca dan belum mencapai derajat manuskrip :-) .
Terbayang bagaimana ulama zaman dulu tanpa peralatan elektronik sanggup menulis kitab sebanyak puluhan bahkan ratusan jilid, dengan tulisan yang rapi dan bagus pula. Bahkan beberapa di antara mereka menulis kitab yang sama berulang-ulang. Seperti Al-Hafidz Al-Mizzi (wafat 742 H). Guru sekaligus mertua dari Ibnu Katsir tersebut dalam beberapa literatur seperti Thabaqat Syafi’iyah Al-Kubra (10/417) diceritakan bahwa Al-Mizzi menyalin kitabnya Tuhfah Al-Asyraf dan Tahzib Al-Kamal lebih dari satu kali.
Padahal kitab Tahdzib Al-Kamal setelah dicetak sekarang terdiri dari 35 jilid (terbitan Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cetakan ke-2/1403 H). Nah, bayangkan bagaimana kesungguhan beliau sanggup menyalin kitab tersebut berulang kali. Ada yang mengatakan sebab Al-Hafidz Al-Mizzi menyalin kitab-kitabnya lebih dari satu kali adalah karena kemiskinan yang menimpanya. Sedangkan beliau seorang yang menjaga diri dari meminta-minta kepada manusia. Maka untuk menghidupi kehidupannya beliau menyalin ulang kitab-kitabnya dan menjualnya. Wallahu a’lam.
Sungguh kisah-kisah seperti itu, hanya kita dengar ceritanya dari lembaran-lembaran kitab di masa lalu. Sedangkan di zaman ini jangankan untuk menulis berjilid-jilid buku, untuk membaca buku berjilid-jilid pun rasanya banyak yang tak mampu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar