Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Yusuf ayat 108 :
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
“Katakanlah : Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kalian (kepada) Allah dengan hujjah yang nyata.”
Berkata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah- dalam kitab Zaad ad-Daa’iyah Ilallah : “Maksud عَلَىٰ بَصِيرَةٍ (dengan hujjah) pada ayat tersebut meliputi tiga perkara :
1. Mengetahui tentang apa yang akan didakwahkan
Seorang yang ingin berdakwah hendaklah mengetahui hukum syari'at. Karena jika tidak, maka boleh jadi ia mengajak orang lain untuk melakukan suatu perbuatan yang disangkanya sebagai suatu kewajiban, padahal sesungguhnya dalam syari'at Allah perbuatan tersebut tidaklah wajib, maka ia telah mewajibkan manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah. Dan sebaliknya boleh jadi ia melarang orang lain melakukan suatu perbuatan yang disangkanya sebagai hal yang haram, padahal sesungguhnya dalam agama Allah hal tersebut bukanlah suatu yang haram, maka ia telah mengharamkan manusia apa yang Allah halalkan untuk mereka.
2. Mengetahui tentang keadaan orang yang didakwahi
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ke negeri Yaman, beliau berpesan kepadanya : “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab”, tujuannya agar Muadz mengetahui dan bersiap-siap untuk menghadapi mereka.
Maka orang yang hendak berdakwah harus mengetahui keadaan orang yang didakwahi. Sejauh mana kapasitas ilmunya? Sejauh mana kemampuan bicaranya? Supaya ia memposisikan diri secara matang dalam berdiskusi. Karena seandainya ia membawa kebenaran lalu berdebat dengan orang yang jauh lebih pandai dalam berbicara, justru ia yang akan terpojokkan. Maka jadilah musibah besar terhadap kebenaran karena disangka sebagai kebatilan dan ia adalah penyebabnya. Dan janganlah menyangka bahwa pendukung kebatilan itu mesti kalah dalam berbicara pada setiap keadaan.
3. Mengetahui tentang cara berdakwah yang syar’i
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (QS. An-Nahl : 125).
Sebagian da'i ketika ia melihat kemungkaran segera menyerangnya tanpa berfikir dampak dari perbuatannya. Padahal dampaknya bukan saja menimpa dirinya pribadi, tetapi berdampak juga bagi teman-temannya sesama da'i. Oleh sebab itu, setiap da'i sebelum bergerak melakukan sesuatu hendaknya memikirkan apa yang mungkin akan terjadi dan menimbangnya dengan tidak tergesa-gesa.
Maka saya menganjurkan saudara-saudaraku para da'i untuk menggunakan hikmah dan ketelitian, dan perkara ini meskipun terkesan lambat tetapi membawa akibat yang terpuji dengan kehendak Allah.”
(Dari buku Fikih Nasehat, hal. 81-84, Ust. Fariq Qasim -dengan peringkasan dan sedikit perubahan redaksi-).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hmm...
BalasHapussangat bermanfaat postingan nya ya gan..
Hal-hal yang perlu di Perhatikan Dalam Berda'wah, Tips Berda'wah