Ana membaca di sebuah forum, ada seseorang yang berkata bahwa biasanya orang sibuk yang justru sempat menulis buku. Ana tersenyum dan membenarkan ucapannya, karena demikianlah adanya. Rasanya betapa banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Selalu saja hati ini berkata : "Nanti saja", "Belum saatnya", "Waktunya masih lama", dan lain sebagainya. Tapi itu hanyalah alasan saja dari orang yang sibuk dengan urusan dunia.
Lihatlah para ulama. Walau sibuk bagaimanapun juga tapi masih sempat menulis karya-karya hebat yang tiada duanya. Bahkan banyak dari mereka yang menulis ketika di penjara. Sudah masyhur adanya bahwa karya-karya Ibnu Taimiyah (wafat 728 H) banyak yang ditulis ketika ia dipenjara. Sampai-sampai ia menulis dengan arang ketika alat tulisnya disita.
Juga Ibnu Rusyd (wafat 595 H) pengarang kitab Bidayatul Mujtahid yang terkenal. Beliau ketika dipenjara sempat menulis kitab yang berjudul Al-Manthiq, padahal ketika itu ia sudah lanjut usia. Begitu pula As-Sarkhasi (wafat 490 H), seorang ulama besar dari madzhab Hanafi yang menyelesaikan kitab fiqihnya sebanyak 30 jilid dari dalam penjara. Hebatnya, ia menulis kitab tersebut dari hafalannya.
Demikianlah keadaan mereka. Lalu kita yang dengan segala fasilitas dan waktu yang ada, malah duduk berleha-leha. Hanya mampu sekedar menulis sepatah dua patah kata, kemudian setelah itu menyangka telah banyak menyumbang untuk agama? Haihata haihata..
Kamis, 15 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamu'alaikum akhi igun
BalasHapusApa maksud "Haihata.. haihata."?
Wa'alaykumussalam warahmatullah,
BalasHapus"Haihata haihata" maksudnya sungguh sangat jauh dari kebenaran prasangkaan itu.
Kata tersebut diambil dari Al-Qur'an surah Al-Mu'minun (23) ayat 36 :
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ