Senin, 06 September 2010

Selamat Tinggal Bulan Ramadhan

Jika mayoritas manusia sekarang bergembira dengan hampir selesainya bulan Ramadhan, maka tidaklah demikian dengan para salaf kita. Mereka justru sedih berpisah dengan bulan yang mulia ini selain karena keutamaannya, juga karena mereka tidak mengetahui apakah amalan mereka selama di bulan Ramadhan diterima Allah Ta'ala.

Demikianlah ciri-ciri insan yang bertakwa. Bahkan diceritakan bahwasanya sebagian salaf berdoa selama 6 bulan agar amalan mereka di bulan Ramadhan diterima, kemudian 6 bulan selanjutnya mereka berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Dalam kitab Latha’if al-Ma’arif karangan Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) kita jumpai para salaf mengungkapkan kesedihannya dan kegundahan mereka :

- Umar bin Abdul Aziz ketika berkhutbah pada hari raya 'Idul Fithri berkata : “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama 30 hari, kalian solat malam selama 30 hari, dan pada hari ini kalian semua keluar untuk memohon kepada Allah agar amalan kalian diterima. Ketahuilah, dulu sebagian salaf menampakkan kesedihan pada hari raya ‘Idul Fithri, kemudian ditanyakan padanya : ‘Bukankah hari ini hari kegembiraan dan kebahagiaan?’. Maka dia menjawab : ‘Benar, namun aku hanyalah seorang hamba yang Allah memerintahkanku untuk beramal, akan tetapi aku tidak mengetahui apakah amalku diterima Allah atau tidak?”.

- Wuhaib bin al-Warad jika melihat sekumpulan orang yang tertawa terbahak-bahak pada hari ‘Idul Fithri maka ia berkata : “Jika mereka termasuk orang-orang yang diterima puasanya di sisi Allah, sungguh apa yang mereka lakukan ini bukanlah perbuatan orang-orang yang bersyukur. Dan jika puasa yang mereka lakukan tidak diterima, maka perbuatan mereka ini bukanlah perbuatan orang-orang yang takut.”

- Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu berseru pada akhir malam bulan Ramadhan : “Duhai, siapakah yang diterima amalannya sehingga kami bisa memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah yang ditolak amalannya sehingga kami bisa menyampaikan bela sungkawa terhadapnya?”

- Ucapan senada juga dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radiyallahu anhu: “Siapakah diantara kita yang diterima amalannya agar kita bisa mengucapkan selamat kepadanya, dan siapakah diantara kita yang ditolak amalannya agar kita bisa menyampaikan bela sungkawa kepadanya? Wahai orang yang amalannya diterima, selamat atasmu, dan wahai orang yang amalannya tertolak, semoga Allah mengganti musibahmu.”

Semoga Allah merahmati mereka semua, dan menjadikan orang yang mengikuti jejaknya sebagai insan bertakwa. Karena hanya orang bertakwa yang diterima amalannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah : 27).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar