Selasa, 23 November 2010

Sulit Konsentrasi

Beberapa waktu belakangan ini ana rasanya sulit untuk konsentrasi. Konsentrasi yang ana maksudkan adalah menumpukan perhatian pada suatu perkara terutama pada hafalan dan bacaan.

Hafalan yang dulu mudah dilakukan sekarang rasanya susah sekali untuk melekat dalam ingatan. Sedangkan dalam hal bacaan, ana rasakan susah untuk mencerna subjek-subjek bacaan yang ‘berat’, sehingga terkadang perlu dilakukan pembacaan berulang-ulang. Hal tersebut merupakan suatu hal yang sebelumnya jarang dilakukan.

Setelah ana introspeksi, mungkin hal ini karena bercabangnya pikiran, serta banyaknya kegiatan keduniaan yang menyita waktu dan perhatian. Sungguh benar apa yang diwasiatkan ulama bahwa antara dunia dan menuntut ilmu agama tidaklah dapat disatukan.

Para ulama telah mengingatkan : “Seorang penuntut ilmu harus meninggalkan perkara-perkara yang menyibukkan. Karena jika pikirannya terbagi-bagi maka ia tidak dapat konsentrasi dalam menyelami dan mengetahui hakikat yang dipelajari. Dulu para salaf mengutamakan ilmu dibanding perkara lainnya. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad tidak menikah kecuali setelah berumur 40 tahun (agar ia dapat berkonsentrasi menuntut ilmu). Seorang salaf lainnya yakni Abu Bakar bin Al-Anbari pernah dihadiahkan seorang hamba sahaya wanita. Ketika hamba sahaya itu masuk menemuinya, maka hilanglah dari pikirannya beberapa permasalahan yang sedang dibahasnya. Maka Abu Bakar bin Al-Anbari mengembalikan hamba sahaya tersebut agar ia dapat berkonsentrasi kembali dalam bidang keilmuan.” (Mukhtasar Minhajul Qashidin : 14, Ibnu Qudamah).

Imam Ibnu Jama’ah berkata : “Semestinya seorang penuntut ilmu berusaha memutus kegiatan-kegiatan yang dapat menyibukkannya dan menghalanginya dari menuntut ilmu. Sebab jika pikirannya bercabang, niscaya ia tidak akan mampu menyingkap hakikat ilmu dan perkara-perkara yang rumit. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan pada diri seseorang dua pikiran.” (Tadzkiratus Sami' wal Mutakallim fi Adabil 'Alim wal Muta'allim : 70-71, Ibnu Jama’ah).

Demikianlah yang diwasiatkan para ulama. Sekarang tinggal ana yang harus menyeleksi kegiatan mana yang harus di-turn off untuk sementara, agar dapat mengembalikan konsentrasi seperti sedia kala.

Allahul Musta’an.

3 komentar:

  1. Assalaamu'alaykum warahmatullah..

    Saya cadangkan, off laptop selama 2 minggu.. bila fokus datang balik dan berjaya jadi rutin, maka senanglah sikit.. mudah2an..

    Saya sebenarnya juga sedang mengalami masalah yg sama.. Tetapi, setiap hari masih juga setia mengadap laptop..

    BalasHapus
  2. Wa'alaykumussalam warahmatullah..

    Terima kasih atas cadangannya. Rasanya memang betul, diantara yang jadi 'musuh' a.k.a penghilang konsentrasi adalah kegiatan berforum di internet :)

    Memang perlu kesungguhan untuk melawan kehendak jiwa ini. Jiwa kalau tak dipaksa memang akan manja, tapi kalau dah terbiasa maka kita yang jadi raja. Bak kata penyair :

    النَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى
    حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمُ

    “Jiwa itu seperti bayi, kalau kau biarkan (menyusu)
    Maka dia akan tetap suka menyusu,
    dan jika engkau mengajarinya makan, dia akan berhenti menyusu.”

    BalasHapus
  3. kitab, nak bukak laptop je, kita tasmi' hafalan..

    masa saya insomnia beberapa minggu dulu, doktor menyarankan saya mengambil pil tidur utk bekalan selama 2 bulan. tetapi, sikit pun saya tak amik. migraine je saya baCa buku, baca kitab, baca Quran.. lama2 tensen sendiri.. n by that time, i can stay away from my laptop!

    meh kita try terapi nih.. kot2la mujarab.. hehehhs

    ganbatte ikimashou!

    BalasHapus