Ucapan-ucapan seperti : "Jangan tanya saya", "Coba tanyakan kepada fulan, dia lebih alim dibanding saya", dan ucapan lain yang sejenisnya itulah yang sering ana ucapkan atau tuliskan jika ada yang bertanya mengenai suatu permasalahan terutama masalah fiqih yang berkaitan halal dan haram.
Demikianlah keadaan ana. Tidaklah ana ceritakan ini untuk mencari simpati, atau supaya orang mengira ana seorang yang rendah hati. Tidak, tidak sama sekali. Seorang yang mengetahui kemampuan dirinya pasti akan menghindari berbicara dalam masalah-masalah yang tidak dikuasainya. Walaupun terkadang ia memiliki gambaran jawabannya, tapi jika masih banyak keraguannya, maka lebih baik ia menyerahkan kepada ahlinya.
Adab demikianlah yang diajarkan para salaf kita.
Seorang tabi’in yang bernama Abdurrahman bin Abi Laila berkata : “Aku telah bertemu 120 Sahabat Nabi dari kalangan Anshar. Jika salah seorang dari mereka ditanya tentang suatu masalah, ia akan melemparkannya kepada temannya, lalu temannya itu melemparkan kepada temannya yang lain, sampai akhirnya soalan itu kembali lagi kepada orang yang pertama.” (Al-Madkhal ila as-Sunan al-Kubra no.801, Muqaddimah Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, An-Nawawi : 1/40).
Umair bin Sa’id -seorang tabi’in- menceritakan peristiwa yang pernah dialaminya. Beliau berkata, “Aku pernah bertanya kepada Alqamah (seorang alim dikalangan tabi’in) tentang suatu masalah. Lalu Alqomah berkata, “Pergilah ke Ubaidah, lalu tanyakanlah kepadanya!”
Ketika aku telah sampai ke tempat Ubaidah, dia berkata, “Datangilah Alqamah!”
Aku -Umair- berkata, “Justru Alqamah menyuruhku menemuimu.”
Ubaidah lalu berkata, “Pergilah ke tempat Masruq, lalu tanyakanlah kepadanya!”
Akupun mendatangi Masruq dan bertanya kepadanya. Tapi ia malah berkata, “Datangilah Alqamah dan tanyakanlah kepadanya!”
Aku berkata, “Alqamah menyuruhku mendatangi Ubaidah, lalu Ubaidah menyuruhku untuk bertanya kepadamu.”
Masruq lalu berkata, “Datangilah Abdurrahman bin Abi Laila!”
Aku kemudian mendatangi Abdurrahman bin Abi Laila dan bertanya kepadanya. Tapi ternyata dia tidak suka ditanya. Aku lalu kembali ke Alqamah dan menceritakan kejadian yang telah menimpaku. Maka Alqamah berkata : “Dahulu dikatakan, orang yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling rendah dan sedikit ilmunya.” (Akhlaq al-Ulama’ : 74-75, Al-Ajurri).
Senin, 20 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar