Senin, 27 Desember 2010

Tergesa-gesa Adalah Tabiat Manusia

Selama ana mengikuti diskusi pada sebuah forum di internet, ada hal menarik yang ingin ana ceritakan, yakni sebenarnya banyak perbincangan dalam forum tersebut yang ana ingin sekali mengikutinya dan komentar telah ana siapkan. Tapi setelah dipikir berulang-ulang ana memutuskan tidak jadi untuk mengirimnya. Bahkan posting yang telah dikirim ada beberapa yang di-delete dan di-edit karena setelah dibaca kembali rasanya ada kesalahan dan tidak pas dengan keadaan.

Pelajaran dari kisah tersebut adalah : Tergesa-gesa merupakan tabiat manusia, dan bersabar menahan apa yang ada di kepala membuahkan kelegaan yang tak terhingga. Demikianlah sifat manusia seperti ana yang terkadang sering tergesa-gesa. Tidak hanya dalam tulisan, rasanya juga dalam ucapan dan tindakan kerap dilakukan dengan ketergesaan, sehingga tak jarang menimbulkan penyesalan.

Seorang penyair mengatakan :

وزن اكلام إذا نطقت فإنما
يبدي العقول أو العيوب المنطق

Pikirkanlah ucapanmu jika kamu berbicara, karena sesungguhnya
ucapan itu dapat mengungkapkan pemikiran atau aib manusia.

Imam Ibnu Hibban berkata : “Orang yang bersikap hati-hati tidak akan didahului, tidak seperti orang yang tergesa-gesa yang boleh jadi dapat disusul. Orang yang diam tidak akan menyesal, tidak seperti orang yang berbicara yang boleh jadi tidak selamat. Orang yang tergesa-gesa akan berbicara sebelum mengetahui, menjawab sebelum memahami, memuji sebelum menguji, menghina setelah memuji, bertekad sebelum memikirkan, dan melaksanakan sebelum meneliti. Orang yang tergesa-gesa akan diiringi dengan penyesalan dan dijauhi keselamatan.”

Ibnu Hibban juga berkata : “Ada yang mengatakan bahwa orang yang tergesa-gesa tidak akan dipuji, orang yang pemarah tidak akan disenangi, orang yang sombong tidak akan dicintai, orang yang dermawan tidak akan didengki, orang yang kikir tidak akan menjadi kaya, dan orang yang tidak penyabar maka tidak ada yang mau menjadi kawannya.”

(Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala' : 216-217, Ibnu Hibban).

4 komentar:

  1. Assalamu'alaykum akhi Igun,

    Saya ingin bertanya memandangkan entry ini sangat terkena pada saya. Saya jenis yg cepat react/respon/melatah dgn keadaan sekeliling saya..

    Misalnya ada seorang yg tak suka sesuatu pada saya... Saya terus berubah. Tapi, kawan2 yg lain tertanya2, kenapa terus nak berubah?

    Hmm.. saya mengaku saya cepat terasa/sensitif. Tapi, bila mana saya cuba berubah, kawan2 lain menrindui saya yg dahulu pula... dan mengatakan saya betul, tidak salah. Pedulikan kata2 orang yg tak suka itu... Lalu kemudian saya berubah semula seperti asal.

    Terlalu cepat saya react dan menerima komen orang

    Mungkinkah ada kata2 yg membuat saya tenang sekejap? Bagaimana hendak tenang ya menerima teguran orang?

    Jazakallahu khairan jaza'

    BalasHapus
  2. Wa’alaykumussalam warahmatullah,

    Saudara/i-ku yang dirahmati Allah, pertama sekali mesti kita ketahui bahwa tergesa-gesa merupakan tabiat semua manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita berfirman dalam kitab-Nya :

    وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
    “Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’ : 11).

    خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ
    “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.” (QS. Al-Anbiya’ : 37).

    Oleh sebab itu, janganlah terlalu sedih jika kita memiliki sifat demikian, karena tergesa-gesa adalah tabiat semua manusia.

    Perbedaannya terletak pada apakah kita mampu mengendalikan sifat tersebut atau tidak. Mungkin ada yang mampu menahan dan tidak cepat melatah, tapi mungkin ada pula yang cepat melenting jika terasa.

    Kiat dari saya hanyalah sederhana, contohnya ketika berforum lalu membaca posting yang macam menyindir diri saya, maka saya menahan diri selama 5 menit untuk tidak berkomentar. Saya pikir masak-masak dan selalu mancari jalan untuk berbaik sangka. Misalnya dengan berkata dalam hati, “Ah, mungkin saja tulisannya tidak ditujukan kepada saya”, dan semisalnya. Jika saya tidak mendapatkan alasan untuk berbaik sangka, maka saya katakan kepada diri saya, “Alhamdulillah, engkau mendapat pahala percuma”, dan perkataan-perkataan semisal agar selalu bersabar. Terkecuali, jika memang pernyataan tersebut mesti diklarifikasi agar tidak menimbulkan fitnah, maka saya akan mengomentarinya.

    Kelihatannya memang simple, tapi terasa berat di jiwa. Tapi itulah namanya ujian. Dulu pernah dikatakan bahwa tidaklah kesabaran diketahui dalam keadaan senang, tetapi kesabaran hanya diketahui jika kita mendapat kesusahan. Berusaha untuk diam dan memilih bersabar untuk tidak mengeluarkan semua yang ada di kepala memang berat. Tapi saya selalu mengingat-ingat kata-kata hikmah, “Tidaklah semua yang diketahui mesti diucapkan, dan tidaklah semua yang mesti diucapkan dilontarkan di semua tempat dan keadaan.”

    Wallahu a’lam.

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum..
    Ustad, saya mau tanya apa kalau kita memutuskan untuk keluar dari tempat kerja dgn berbagai pertimbangant apa itu termasuk sikap tergesa-gesa? Bagaimana kita tau cara membedakan sikap yg tergesa-gesa dengan memilih sikap terbaik?
    Jazakumullah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaykumussalam. Jika mengambil keputusan dengan telah mempertimbangkan dari segala sisinya, maka tidak dikatakan tergesa-gesa. Yang dinamakan tergesa-gesa adalah mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang sebelumnya.

      Hapus