Sabtu, 05 Juni 2010

Kemuliaan Sebanding Dengan Pengorbanan

Jika kita membaca kisah-kisah ulama terdahulu dalam mencari ilmu, sungguh akan kita dapatkan cerita yang dapat membuat tercengang, takjub dan heran, sekaligus terkagum-kagum melihat betapa besar pengorbanan yang mereka lakukan.

Memang sudah sepantasnya jika mereka mendapat kemuliaan, karena kemuliaan hanya dapat diperoleh dengan pengorbanan. Baik pengorbanan harta, waktu, tenaga, maupun pikiran.

Inilah beberapa contohnya :

Dari Abdullah bin al-Qasim, ia berkata : “Karena menuntut ilmu, membuat Imam Malik membongkar rumahnya dan menjual kayunya. Setelah itu kemuliaan mendekatinya”. (Tartib al-Madarik : 1/130).

Sementara imam dalam ilmu jarh wa ta’dil, Yahya bin Ma’in (wafat 223 H), dikisahkan ketika ayahnya wafat ia mendapatkan warisan lebih dari 1.000.000 dirham. Semua harta warisan itu habis dipakainya untuk menuntut ilmu, dan tidak ada yang tersisa selain sandal yang dipakainya. (Al-Manhaj al-Ahmadi : 1/95).

Dan yang tak kurang 'ajaib', dikisahkan dalam kitab "Dzail Thabaqat Hanabilah" (1/319) pada biografi ulama bernama Abdullah bin Ahmad al-Khasysyab disebutkan ia menjual rumahnya seharga 500 dinar, yang digunakannya untuk membeli sejumlah kitab!

Semua kisah diatas hanyalah beberapa contoh pengorbanan yang dilakukan ulama terdahulu dalam mencari ilmu. Jika ingin dibandingkan dengan penuntut ilmu zaman sekarang maka akan kita lihat perbedaan jarak bagaikan bumi dan langit.

Di zaman ini akan kita dapatkan mayoritas pemuda yang bermalas-malasan, yang bermimpi suatu saat mendapat kemuliaan tapi ia tidak meniti jalannya. Semangatnya lemah, harapannya rendah, serta cita-cita yang tinggi telah lama mati.

Ia berharap datang keajaiban, namun ia lupa bahwa ilmu itu tidak didapatkan dengan warisan, bukan pula dengan nasab dan kedudukan.

Bukankah dahulu pernah diingatkan :

من لم يذق ذل التعلم ساعة
تجرع ذل الجهل طول حياته

“Barangsiapa tidak pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu,
Niscaya dia akan mereguk hinanya kebodohan sepanjang hidup”

Saat ini, para pencari dunia bertebaran debunya di sekeliling kita. Sementara penuntut ilmu sejati hanya kita dapatkan kisahnya dalam lembaran-lembaran kitab. Adapun yang masih tersisa dari yang tersisa di zaman kita, semoga Allah Ta’ala selalu memelihara mereka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar