Ana pernah membaca kisah seorang ustadz yang gemar menasihati manusia secara rahasia. Pernah suatu hari ketika shalat Jum’at beliau mendapatkan kesalahan dalam ceramah sang khatib. Maka setelah shalat, beliau menunggu sampai tinggal mereka berdua, baru beliau dengan lemah lembut menerangkan kesalahan sang khatib tadi. Hasilnya luar biasa, sang khatib sangat berterima kasih lalu menyalami ustadz dengan hangatnya menandakan beliau sangat menyukai dinasihati secara rahasia.
Demikianlah adab dalam menasihati manusia yakni menasihati secara rahasia dan tidak menasihati di hadapan orang ramai. Sebab tabiat umumnya manusia adalah tidak menyukai jika dinasihati secara terang-terangan di depan manusia lainnya. Beberapa ulama bahkan membahas secara khusus adab ini seperti Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala, Imam Ibnu Hazm dalam kitab al-Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, Imam Ibnu Rajab dalam kitab al-Farqu Baina Nashihati wat Ta’yir, Syaikh Abdul Aziz as-Sayyid Nada dalam Mausu’atul Adab al-Islamiyah, dan yang lainnya.
Adab ini penting untuk diketahui, karena ramai manusia yang gemar memberi nasihat secara terang-terangan. Padahal metode memberi nasihat seperti itu sulit untuk diterima, malah dapat mengundang kebencian antar sesama. Apatah lagi jika niatnya tidak murni karena berasal dari rasa dengki semata, sehingga yang dikatakan nasihat tak lain hanyalah upaya mencari-cari aib saja.
Alangkah indahnya perkataan Imam Syafi’i dalam salah satu bait syairnya :
تعمدني بنصحك في انفرادي
وجنبني النصيحة في الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع
من التوبيخ لا أرضى استماعه
وإن خالفتني وعصيت قولي
فلا تجزع إذا لم تعط طاعه
“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri
dan jauhilah menasihatiku di tengah keramaian,
Sebab memberi nasihat di hadapan mereka berarti
penghinaan bagi diriku ini, yang aku tidak suka mendengarkannya,
Andai engkau tidak terima dan menolak saranku ini
maka janganlah engkau marah jika nasihatmu tidak aku turuti.”
Perhatikanlah syair Imam Syafi’i diatas. Imam Syafi’i bagaikan seorang psikolog yang paham akan karakter jiwa manusia dan mengajarkan kepada kita bagaimana metode yang benar dalam menasihati manusia.
Imam Syafi’i juga pernah berkata sebagaimana dinukil dalam muqaddimah kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (1/31) : “Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahasia maka sungguh ia telah memberi nasihat dengan sebenarnya dan menghargainya. Sedangkan barangsiapa yang memberi nasihat secara terang-terangan dihadapan manusia, maka sungguh ia telah membongkar aib saudaranya dan merendahkannya.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar