Seorang ulama pernah berkata bahwa seseorang yang hanya memiliki sebuah mushaf Al-Qur’an yang telah ia hayati dan amalkan isinya, lebih baik ketimbang orang yang memiliki ribuan jilid buku tapi tidak mengamalkannya. Orang yang tidak mengamalkan ilmunya bak orang Yahudi yang diceritakan dalam Al-Qur’an : “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (QS. Al-Jumu’ah : 5).
Lama ana memikirkan perkataan ulama tersebut, dan memang benar adanya. Milikilah buku beribu-ribu banyaknya, hafalkanlah pelbagai dalil-dalil agama, sebarkanlah ceramah dan tulisan dimana-mana. Semua itu sia-sia belaka jika amalan tidak tampak di mata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamu'alaikum akhi Igun hafizokumullah.
BalasHapusSubhanallah! Akhi seperti dapat mengetahui keadaan ana. Semoga Allah memberi hidayah kepada ana. Ya akhi, ana ada beberapa soalan yang hendak ditanya dan ana minta maaf sekiranya soalan-soalan ana menyinggung akhi:
1. Bagaimana kita hendak mengatasi masalah melihat pornografi dan onani? Wallahi, ana sudah cuba pelbagai cara dari K9 web parental, puasa, sibukkan diri dengan ilmu dan amal tetapi qadarullah wa ma sha fa'al, ana sering terjatuh kepadanya. Ya akhi, ana meminta nasihat antum. Ana tidak mahu kembali ke zaman jahiliyyah yang dahulu. Allah telah selamatkan ana dulu tetapi kenapa ana masih meneruskan jua. Ana meminta jasa baik antum untuk mendoakan ana yang jahil ini.
2. Lantaran dosa 1. ana menjadi sangat pemalu untuk berjumpa dengan sahabat yang soleh. Bukan itu sahaja, ada seorang ustaz yang ana harapkan nasihatnya, bimbingannya dan doanya justeru memalukan ana di hadapan sahabat-sahabat ana dalam satu kuliah. Allahu al-almusta'an. Bagaimana mengikis perasaan malu tidak bertempat ini? Malu untuk pergi ke majlis ta'lim. Pintalah kepada Allah untuk memaafkan ana. Alhamdulillah, ana masih boleh melakukan solat fardhu berjemaah cuma malu untuk berjumpa orang soleh ini tidak patut ada pada ana.
Jazakumullahu khaira wa baarakallahu fiikum wa grafarallahu li wa lakum.
Wa’alaikumussalam akhi Abu Ahmad,
BalasHapusMasalah pornografi dan onani merupakan ujian yang sangat berat di zaman ini terutama bagi yang belum menikah. Terlebih lagi dengan adanya internet. Maka tidak ada tempat mengadu selain kepada Allah akan dampak negatif teknologi tersebut. Terlebih lagi jika seseorang setiap hari berhadapan dengan internet dan seorang diri, maka alangkah benarnya perkataan Imam Syafi’i yang berkata bahwa diantara perkara yang berat dilakukan adalah wara’ di saat sendirian.
Dari soalan akhi inilah beberapa pandangan ana :
1. Solusi dari perilaku melihat content porno dan onani adalah dengan menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Tanamkan keyakinan bahwa Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan hamba-Nya. “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya” (QS. Faathir : 31).
Dulu Imam Ahmad pernah berkata :
“Jika engkau menyepi di suatu hari
Janganlah katakan engkau seorang diri
Namun katakan bahwa aku sedang diawasi
Tidak ada yang dapat bersembunyi dari Allah Maha Mengetahui.”
Ingatlah barangsiapa yang menjaga larangan Allah maka Allah akan menjaganya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu” (HR. Tirmidzi). Maksud menjaga Allah adalah menjaga pendengaran, penglihatan, lidah, perut, hati dan anggota badan lainnya dari mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Sedangkan maksud penjagaan dari Allah adalah Allah akan menjaganya dari bencana, bala’, musibah, dan yang lebih penting Allah akan menjaga agama dan keimanannya. Demikian yang dikatakan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jami’ul Ulum wal Hikam.
Tentu tidak dinafikan semua manusia pasti akan terjatuh dalam kesalahan dan dosa. Maka, jika kita berbuat dosa, segeralah bertaubat dan berusaha tidak mengulanginya. Jika terjatuh lagi dalam dosa yang sama, maka segeralah bertaubat dan berusaha tidak mengulanginya. Jika terjatuh lagi dalam dosa yang sama, maka segeralah bertaubat dan berusaha tidak mengulanginya. Dan lakukanlah hal itu terus menerus. Karena yang dinamakan orang bertakwa bukan orang yang tidak memiliki dosa, tetapi orang yang bertakwa adalah orang yang segera bertaubat jika ia melakukan dosa.
2. Jika sudah bertaubat, maka tidak ada halangan untuk bergaul dengan manusia lainnya. Karena Allah maha menutupi aib hamba-hamba-Nya. Jika kita malah menutup diri dan ber-uzlah dikhawatirkan malah ditangkap syaitan yang selalu siap menggoda dengan syahwat dan syubhat. Teman yang soleh dan majelis ta'lim diantara cara untuk menambah keimanan di dalam dada.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang selalu menjaga larangan Allah, dan selalu bertaubat kepada-Nya. Amin.