Minggu, 11 Juli 2010

Faidah Membaca Biografi Ulama

Ibnu Khallikan (wafat 681 H) dalam mukaddimah kitabnya Wafayatul A’yan -yakni kitab tentang biografi para ulama yang mulia- berkata : “Aku ceritakan kisah sekelompok orang-orang mulia yang telah aku saksikan dan aku nukil kabar dari mereka, atau mereka yang sezaman denganku tetapi aku belum pernah bertemu dengan mereka, adalah agar orang yang datang setelahku dapat mengetahui keadaan mereka”. (Mukaddimah Wafayatul A’yan : 1/ 20).

Sesungguhnya membaca biografi ulama adalah pengobat jiwa. Padanya terdapat kesembuhan bagi mereka yang kehausan akan suri tauladan, dan padanya terdapat cahaya sebagai petunjuk jalan kebaikan. Tak lupa, mengetahui kehidupan para ulama berfungsi sebagai cermin yang akan memperlihatkan kelemahan diri yang nantinya sebagai bahan perbaikan.

Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata : “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, karena hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa”. (‘Ainul Adab wa As-Siyasah : 158).

Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan dalam mukaddimah kitabnya Al Imam Ibnu Baz : Durus wa Mawaqif wa ‘Ibar berkata :
“Para ahli ilmu menaruh perhatian besar terhadap biografi-biografi para ulama. Ada yang menulis kitab tentang biografi seorang imam saja, seperti Ibnu Ahmad Al-Makki serta Al-Kurdi ketika menulis manaqib (perilaku yang terpuji) Imam Abu Hanifah. Qadhi Isa Az-Zawawi menulis biografi Imam Malik bin Anas.
Al-Baihaqi, Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar Asqalani menulis secara khusus tentang biografi Imam Asy-Syafi’i. Sedangkan Ibnul Jauzi menulis manaqib Imam Ahmad.

Adapula sebagian ahli ilmu yang menempuh cara lain yakni mereka menulis biografi ulama berdasarkan thabaqah (tingkatan) ulama yang masa hidup, daerah, ilmu, atau madzhabnya yang sama. Seperti Ath-Thabaqatus Sunniyah fi Tarajimil Hanafiyah karya Taqiyuddin bin Abdul Qadir Ad-Darimi. Al-Jawahirul Madhiyyah fi Thabaatil Hanafiyah karya Al-Quraisy.
Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik li Ma’rifati A’lam Madzhabil Imam Malik karangan Al-Qadhi Iyadh.
Thabaqatusy Syafi’iyyatil Kubra karangan As-Subki, serta Thabaqatusy Syafi’iyyah karya Ibnu Hidayah Al-Husaini.
Thabaqatul Hanabilah oleh Al-Qadhi Abi Ya’la, dan Adz-Dzailu ‘ala Thabaqatil Hanabilah karangan Ibnu Rajab.

Ada juga penulisan berdasarkan disiplin ilmu tertentu seperti Thabaqatul Mufassirin, yang mana Ad-Dawudi dan As-Suyuthi telah menulisnya. Thabaqah para hafizh hadits, terdapat kitab Tadzkiratul Huffazh karangan Adz-Dzahabi. Adz-Dzahabi juga ada menulis thabaqah para qari (ahli pembaca Al-Qur’an) yakni Ma’rifatul Qura-il Kibar. Sedangkan thabaqah ahli nahwu, padanya terdapat karangan As-Suyuthi berjudul Bughyatul Wu’ah.

Adapula yang menulis secara khusus para ulama di daerah atau tempat tertentu, seperti Tarikh Baghdad karangan Al-Khatib Al-Baghdadi. Tarikh Dimasyqi oleh Ibnu ‘Asakir. Akhbar Ashfahan karangan Abu Nu’aim. Bughyatuth Thalab fi Tarikh Halab oleh Ibnul ‘Adim, dan Tarikh Irbil oleh Ibnul Mustaufi.”

Dan masih banyak lainnya.

Ali bin Abdurrahman bin Hudzail berkata : “Ketahuilah, bahwa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan kesenangan dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas”. ('Ainul Adab wa As-Siyasah : 158).

Oleh karena itu wahai saudaraku, cobalah engkau membaca kisah-kisah para ulama, niscaya engkau akan mendapatkan penyejuk jiwa :

و من لم يجر ب ليس يعر ف قد ر ه
فجر ب تجد تصد يق ما ذكر نا ه

Barangsiapa belum mencoba maka belum tahu hasilnya;
Maka cobalah, niscaya engkau akan mendapatkan bukti ucapan saya”. (Mandzumah ash-Shan’ani fil Hajj : 83).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar