Rabu, 21 Juli 2010

Siapakah Thalibul ‘Ilmi (Penuntut Ilmu) ?

Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali pernah ditanya : “Kapan seseorang dikatakan sebagai thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu)?”

Maka beliau hafidzahullah menjawab :

“Seseorang disebut thalibul ‘ilmi apabila ia menuntut ilmu. Maka yang masih pemula dan yunior adalah thalibul ‘ilmi; yang sedang di tengah perjalanan adalah thalibul ‘ilmi; dan ulama senior yang sudah mujtahid pun pada hakikatnya adalah thalibul ‘ilmi.

Setiap orang yang berusaha dan sedang meniti jalan menuntut ilmu maka ia adalah thalibul ‘ilmi.

Thalibul ‘ilmi adalah gelar mulia. Karena ilmu adalah warisan para Nabi. Barangsiapa yang mencarinya maka ia telah mencari warisan yang paling berharga.

Dan menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, bahkan setiap kali seseorang bertambah ‘alim maka ia akan melihat dirinya lebih banyak belum mengetahui dibanding apa yang telah ia ketahui.

Oleh karena itu, seorang thalibul ‘ilmi walaupun telah berusia tua, maka ia tidak akan pernah merasa cukup dari menuntut ilmu selamanya, dan ia masih terus membutuhkan tambahan ilmu, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْماً

“Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".” (QS. Thoha : 114).

(Sumber : Majalah Adz-Dzakhirah Al-Islamiyah edisi 52 vol.7 Th.1430 H, hal. 9-10 dengan diringkas).

5 komentar:

  1. Assalaamu 'Alaykum wa Rahmatullah..

    Tetapi, kadang kala.. terdapat segelintir manusia yg menamakan dirinya Penuntut Ilmu, akan tetapi tidak bersikap dgn sikap seorang Penuntut Ilmu..

    Pada saya, seorang penuntut ilmu selayaknya bersikap rendah diri, kerna dia sentiasa punya sikap waspada akan sesuatu yg di luar tahunya. Maka, dgn sebab itu, dia menuntut ilmu kerna tahu ilmunya sentiasa belum mencukupi..

    Saya suka kaitkan penyataan saya ini dgn posting Tiga Tahapan Ilmu.

    Boleh tak kalau saya nak tak setuju dengan pembukaan artikel ini?
    Boleh tak kalau saya nak kata, penuntut ilmu ialah orang yg sedang menuntut ilmu, dan dia juga punya adab dan akhlak seorang penuntut ilmu.

    Huhuhu. Mintak maaf. Sesuka hati je tak nak setuju dengan pembukaan.. huhu.

    BalasHapus
  2. Wa ‘alaykumussalam Warahmatullah..

    Pernyataan Syaikh diatas adalah pernyataan umum. Jadi kalau ingin dirinci tentulah banyak sekali cabang-cabang dari penjelasan tersebut mengenai apa yang semestinya dimiliki oleh seorang penuntut ilmu, termasuk diantaranya adab dan akhlak mulia.

    Bahkan mengingat keutamaan adab dan akhlak bagi penuntut ilmu, sehinggakan para salaf mewasiatkan agar mempelajari adab dan akhlak terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu lainnya.

    Ibnul Mubarak berkata : Aku mempelajari adab selama 30 tahun, kemudian aku menuntut ilmu selama 20 tahun. Sesungguhnya para salaf mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu”.
    Ibnul Mubarak juga berkata : “2/3 ilmu adalah mempelajari adab”.
    (Min Hadyis Salaf fi Thalabil ‘Ilmi : 23, Dr. Muhammad bin Mathar az-Zahrani).

    Berkata Makhlad bin al-Husain : “Kami sangat memerlukan adab daripada banyaknya menghafal hadis”. (Al Jami’ li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami’ : 1/79, al-Khatib al-Baghdadi).

    Abu Bakar al-Mithwa’i berkata : “Aku belajar dengan Ahmad bin Hanbal selama 10 tahun. Beliau membacakan kitab Musnadnya kepada anak-anaknya. Aku tidak menulis satu hadits pun darinya. Aku hanya ingin mempelajari adab dan akhlak beliau”. (Siyar A’lam an-Nubala : 11/316).

    Adz-Dzahabi menceritakan : “Majelis Ahmad bin Hanbal dihadiri 5000 orang. 500 diantaranya mencatat hadis. Sedangkan sisanya mengambil manfaat dari perilaku, akhlak dan adab beliau”. (Siyar A’lam an-Nubala : 11/316).

    Semoga Allah merahmati seorang ulama yang bersyair :

    جربت نفسي فما وجدت لها
    من بعد تقوى الإله كالأدب

    “Aku menginstrospeksi diriku, maka aku tidak mendapatkan baginya
    sesuatu yang lebih bermanfaat setelah takwa kepada Allah daripada adab”.

    BalasHapus
  3. Subhanallah, terima kasih atas perinciannya..

    Saya suka bertanya lebih di sini, kerna biasanya, dengannya saya akan bisa mendapat lebih banyak manfaat. Mohon maaf andai sikap saya kurang cocok..

    I

    BalasHapus
  4. Tidak mengapa ukhti I, ana pun hanya menjawab apa yang ana tahu jawabannya..

    Tambahan info :

    Untuk buku tentang adab penuntut ilmu ana cadangkan/sarankan membaca buku “Syarah Hilyah Thalibil Ilmi” oleh Syaikh Utsaimin.

    Buku tersebut merupakan syarah dari buku “Hilyah Thalibil Ilmi” karangan Syaikh Bakr Abu Zaid.
    Sebab Syaikh Bakr menulis buku itu adalah kerana beliau prihatin dengan sikap sebagian besar penuntut ilmu yang ‘kurang beradab’, sehingga akhirnya beliau tergerak menulis buku tentang adab penuntut ilmu.

    Kerana bagusnya pembahasan buku “Hilyah Thalibil Ilmi”, Syaikh Utsaimin membacakan dan memberi penjelasan buku tersebut dalam kuliah pengajiannya. Rekaman dari kuliah tersebut kemudian ditranskip, lalu dicetak dan diterbitkan dengan judul “Syarah Hilyah Thalibil Ilmi”.

    Buku “Syarah Hilyah Thalibil Ilmi” telah diterjemahkan oleh Pustaka Imam Syafi’i, Indonesia, dengan judul “Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu”.

    Buku “Syarah Hilyah Thalibil Ilmi” adalah buku yang sangat ana cintai -setelah kitab Al-Qur’an dan kitab-kitab Hadits-. Ini kerana buku itulah yang mengubah banyak aspek dalam diri ana selaku penuntut ilmu.

    Tak percaya ? Maka bacalah :-)

    BalasHapus
  5. Ya akhi, benar.. Saya sungguh tak percaya..
    :)

    Maka, akan saya usahakan untuk mendapatkan kitab yg sangat baik ini. Mudah-mudahan dimudahkan Allah jalan kebaikan. Ameen.

    Akhi, saya 'curi' teladan yg akhi tulis di sini untuk dimasukkan dalam beberapa tulisan saya. Terima kasih.

    BalasHapus